Membangun Komunitas Sadar Madia Massa

Membangun Komunitas Sadar Madia Massa

Bersyukurlah... kita terlahir dan hidup di zaman yang sudah serba canggih. Kemajuan teknologi telah membantu manusia dalam banyak hal. Komunikasi, transportasi dan informasi sudah semakin mudah diakses, kapan pun dan di mana pun anda berada. Dunia kemudian seakan sudah menjadi sebuah desa global. Kita bisa dengan bebas berkomunikasi, berwisata ke segala penjuru dunia, asalkan punya hasrat dan ongkos.

Ummat Media Massa
Salah satu instrument teknologi yang sangat membantu manusia adalah teknologi Informasi-komunikasi. Akses informasi-komunikasi saat ini seakan sudah menjadi kebutuhan primer. Ketika anda terbangun di pagi hari, maka saya dapat menjamin HP adalah barang yang pertama anda cari. Itu salah satu ciri dari masyarakat yang sudah candu informasi-komunikasi.

Selain perangkat informasi yang sifatnya persolan, ada juga perangkat informasi yang sifatnya massal. Contonhnya, TV, Radio, Internet, Majalah, Koran, dll. Kita sudah tidak asing lagi dengan perangkat informasi tersebut. Perangkat informasi-komunikasi yang sudah menjadi menu  wajib bagian dari keseharian.
Ilustrasinya sederhana, berapa jam setiap hari kita duduk di depan TV? Mengakses internet? Membaca majalah atau koran? Kebanyakan dari kita, mampu meluangkan waktu berjam-jam, bahkan berhari2, untuk sekadar nonton gossip, menyimak berita, membaca katalog produk fashion terbaru, bersenda gurau di jejaring sosial, dll.

Intensitas penggunaan (konsumsi) media massa yang tinggi, secara tidak langsung telah membuat manusia tergantung. Ini seumpama rasa sakau yang di alami oleh pencandu narkotika. Media massa lantas sudah menjadi candu public. Perangkat teknologi yang mau-tidak mau sudah menjadi kebutuhan yang harus diakses setiap saat.

Pada perkembangan-nya, kehadiran media massa di Indonesia telah melahirkan kelompok masyarakat baru. Kalasifikasi ini bertumpu pada perangkat media yang dijadikan sumber rujukan atau referensi. Kelompok masyarakat baru tersebut terbagi dalam tiga kategori besar.

Pertama, pencandu media cetak (Koran, majalah, jurnal dll). Kelompok ini pada umumnya adalah masyarakat kelas menegah ke atas yang memiliki hasrat intelektual dan akurasi berita yang tinggi, serta kemampun ekonomi di atas rata-rata.

Kedua, kelompok pencandu media on-line (internet, jejaring social, dll). Kelompok ini identik dengan kelompok masyarakat menengah, terutama yang sudah melek/paham teknologi. Media on-line dijadikan sarana komunikasi, membangun kekerabatan dan bisnis.

Ketiga, kelompok pencandu TV (sinetron, gossip, dll). Kelompok ini identik dengan kalangan menengah kebawah, namun hampir seluruh orang Indonesia menonton acara TV setiap hari. Sehingga dapat dikatakan media TV punya ummat yang paling banyak bila dibandingkan dengan media massa yang lain-nya.

Sadar Media Massa
Kemudahan dalam mengakses media massa berbanding lurus dengan kesadaran manusia. Kenapa bisa demikian? Kita setiap hari menyerap informasi dari media massa, sehingga lama-kelamaan kita muali bergantung pada informasi yang disodorkan oleh media massa. Ketika kita sudah mengalami ketergantungan, kita kemudian merasa bahwa informasi yang disampaikan media massa adalah suatu kebenaran yang layak dipercaya. Media massa akhirnya menjadi sumber kebenaran dalam memahami realitas masyarakat yang kita amini bersama.

Perlu di inggat, media massa adalah industry-bisnis yang orientasi atau tujuan akhirnya adalah keuntungan. Selain keuntungan material, pemilik media massa juga mengejar keuntungan im-material (non materi) yaitu dukungan opini publik. Proses untuk mendapat dukungan opini public dijalankan oleh media massa  dengan bekerja secara sistematis untuk mengolah sedemikian rupa informasi yang diterima sehingga cocok/sejalan dengan kepentingan si pemilik media massa tersebut.

Pada akhirnya informasi yang kita terima adalah hasil konversi (hasil olahan) pekerja media, yang disajikan ke hadapan publik. Media massa sebagai alat bisnis dan alat kepentingan, sudah menjadi warna dominan dalam industry media di Indonesia. Sehingga media massa yang kita konsumsi setiap hari punya kepentingan untuk menguntrol kesadaran dan kehendak publik.

Lompatan Kecil

Kita tidak sedang bersikap anti-pati terhadap media massa. Sampai pada tataran tertentu kita sangat membutuhkan media massa, namun kita juga harus bersikap cerdas dalam memanfaatkan peluang dan kelebihan yang ada dalam media massa tersebut.

Belakangan muncul fenomena-fenomena gerakan sosial yang muncul di media massa terutama situs jejaring sosial. Gerakan anti korupsi, gerakan koin kepedulian, gerakan cinta lingkungan, gerakan donor darah, dll, muncul menerobos sekat-sekat yang selama ini menjadi batas dan menghambat ruang gerak.

Media massa terutama jejaring sosial, bisa menjadi pelipurlara ditengah informasi yang kurang seimbang dari media maenstrim (TV, media cetak). Komunitas-komunitas dengan berbagai latar belakang muncul dan berkembang dan merespon isu-isu yang berkembang. Sekurangnya media massa (jejaring sosial) sudah memberi bukti, bahwa masih banyak orang baik dan punya kepedulian tinggi di negeri ini.

Kini komunitas-komunitas yang dulunya hanya ada di dunia maya, mulai melebarkan perannya yaitu melalui kerja-kerja nyata di lapangan. Agar supaya kerja/aksi social mereka dapat berjalan dengan masimal, pada umumnya komunitas tersebut melebur diri dalam suatu paguyuban atau bahkan organisasi. Hal tersebut dimaksud agar agenda yang mereka rencanakan dapat berjalan maksimal dan terarah. Selain itu, juga untuk memperluas jaringan dan ruang gerak di seluruh Indonesia bahkan dunia.

Hal yang paling menarik adalah hampir semua komunitas-komunitas tersebut digerakan oleh anak-anak muda, pemuda-pemudi yang optimis dan mau berbuat sesuatu untuk orang lain, dan untuk negeri yang dia cintai. Kita sudah sering menjumpai komunitas atau gerakan serupa, baik di dunia maya maupun di alam keseharian.

Semua yang mereka lakukan laksana lautan inspirasi yang bisa kita jadikan batu pijakan untuk kita dapat berbuat hal serupa. Kita masih punya kesempatan, diberi kekuatan dan kemampuan berfikir. Itu adalah modal utama, untuk menguatkan niat dalam diri kita. Mari mulai dengan apa yang kita bisa. Bangun dengan apa yang kita miliki. Setidaknya kita mau belajar dan mau berbuat sesuatu, bekerja sama untuk kebaikan kita semua.


Sumber Gambar
Disusun oleh; Gafur Djali
Peneliti Pada Cakrawala Institute (Pusat Study Untuk Keadilan Pembangunan)